Sabtu, 23 April 2011

NAGA UNGU

Cerita Bersambung
Judul     : NAGA UNGU

BAGIAN 1
Jakarta,
06.30 WIB

            Pagi yang cerah……
            Sang surya telah menyelimuti sinarnya, menghangatkan seluruh permukaan di lapisan muka bumi ini. Awan putih beserta birunya langit bergerak mengikuti arah mata angin berhembus. Sisa-sisa embun perlahan-lahan hilang seiring semakin siangnya hari. Segarnya udara taman kota menambah damai suasana sekitar di tengah hiruk-pikuknya kendaraan di luar sana. Ternyata masih ada tempat yang rindang di mana terdapat beberapa pohon tinggi yang membuat teduh di bawahnya, ini sangat jarang sekali ditemukan di kota Jakarta yang semakin sumpek oleh banyaknya gedung-gedung tinggi yang menjulang, mall-mall, dan bangunan-bangunan liar yang tumbuh di beberapa sudut kota.
            Selain padatnya penduduk kota Jakarta, yang menambah kesemrawutan adalah masalah kemacetan. Hal itu dapat terlihat dari kendaraan-kendaraan yang melintas di setiap ruas jalan protokol di Jakarta. Padahal pemerintah sendiri telah menanggulangi masalah kemacetan dengan mengadakan alat transportasi khusus, yaitu bus Transjakarta. Namun program tersebut belum sepenuhnya mengurangi angka kemacetan di Jakarta, tapi setidaknya pemerintah telah melakukan usahanya dengan sebaik mungkin. Untuk itu juga agar masyarakat Jakarta tidak jenuh karena masalah kemacetan, aktifitas sehari-hari, maupun berbagai problematika hidup. Maka pemerintah membuat taman-taman kecil di beberapa titik dalam kota. Seperti di taman komplek tempat di mana aku tinggal.
            Minggu pagi ini seperti biasa aku dan beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar tempat aku tinggal sedang melakukan aktifitas olah raga di taman kota. Ada yang berlari seperti aku, bermain bulu tangkis, voli, ada juga yang hanya sekedar jalan-jalan santai sambil menghirup udara segar. Aku berlari tidak cepat juga tidak lambat. Di telingaku terdapat headset yang terhubung pada musik player di lengan kiriku, yaitu Ipod. Aku berhenti berlari bersamaan dengan yang lainnya. Saat melewati sebuah bangku yang panjangnya kurang lebih dua meter, aku duduk sambil mengatur nafasku yang terengah-engah. Keringat keluar dari permukaan kulitku yang putih, lalu kusandarkan tubuhku pada bangku tersebut dengan kedua tangan yang kurentangkan.
            Aku duduk sambil memperhatikan orang-orang yang lewat di hadapanku. Sesekali aku mengedipkan mata nakalku kepada setiap gadis-gadis yang lewat. Ada yang membalasnya dengan senyuman ada juga yang membalas dengan pasang muka jutek dan jijik. Lalu ada seorang wanita tua berbadan gemuk yang mengenakan pakaian super ketat, hingga seluruh permukaan lekuk tubuhnya nampak terlihat jelas, sebuah handuk kecil berwarna merah jambu melingkar di lehernya. Kemudian dengan gaya centilnya wanita berumur setengah baya itu memberikan isyarat kepadaku dengan memberikan sebuah kecupan jarak jauh.
            “EMMMUAAACCHHHH.....
            Aku terkejut, mataku melotot, wajahku yang tadi murah senyum berubah jadi ketus.
            Buset neh ibu-ibu nggak inget apa sama umurnya....” Ucap aku dalam hati.
            Selain gadis-gadis dan ibu tua tadi ada juga pria yang membalas kedipan mataku. Dengan gaya kemayu pria itu melambaikan tangannya yang sangat gemulai kepadaku. Spontan hal itu membuat aku lebih syok dibandingkan dengan ibu-ibu gendut tadi. Aku segera mengambil langkah seribu. Dengan gerakan cepat aku berlari dari bangku yang aku duduki. Aku terus berlari di antara orang-orang yang sedang berlari pagi, saat berlari di antara kerumunan orang banyak aku bertabrakkan dengan seorang gadis ABG.
            “Heh ! apa-apaan neh? Kalo lari yang....” Belum selesai melanjutkan kata-katanya, gadis ABG tersebut menatap aku, sepertinya kami saling mengenal.



Bersambung…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar